aku hanya ingin bercerita sore tak secerah pagi sore yang kelam aku bawa menuju malam yang hitam perjalanan yang sebentar ini terasa jauh aku ingin pulang, aku ingin pulang sedang aku hanya budak jalang yang rapuh dan takut jatuh
melupakan mu aku sekarang tak punya apa apa selain bayangan ku pelan pelan aku jauh tak jua pikun sudah ku putar berkali kali detik yang tertanam pada menit dan jam namun berbalik arah lagi aku tenggelam
capung yang terbang menjadi layang layang yang jauh menerpa bayu dalam usapan daun tebu ku temakan cinta yang sembunyi di balik duri ku takkan ku buka seperti kulit salak karena ini akan sakit, ini takkan baik biar semua tumbuh seperti lumut pada batu selalu ada meski musim hujan pergi akan sela
malam yang jauh hari ini aku lelah, boleh aku pinjam kedua tangan mu peluk dan usap kepala yang memutih ini semakin redup, hingga ku lelap dalam pangku malam yang rupawan ruang mu tak terdengar aku lelap dalam cerita sendiri cerita lanjutan tentang cahaya bulan tentang kekasih yang tak termiliki
pernah aku tulis surat cinta tanpa nama, untuk mu saja ku isi sedikit suara sukma ku sisipi puisi biasa aku tahu kau suka matematika sedang aku tak bisa membaca angka aku hanya bisa ber bait dan berlagu lalu aku tulis rindu hu huhu .. waktu menunjukan jam satu aku harus menutup buka meninggalkan
malam yang larut aku di kamu bukan aku menunggu embun pagi namun pagi selalu datang setelah petang sedang larutku masih ada meski mimpi mimpi telah pergi malam yang harum aku menjadi sekuntum melati di sisi jendela sebelah kiri tak terlihat nyata, semerbaku menyeru malam malam yang remang biar ak
bawa aku dekat dengan mu aku tak ingin jauh peluk aku dalam sepi jaga aku dalam sendiri aku tak ingin jauh aku tak ingin hilang aku ingin kamu selalu ada dalam gelap, dalam terang tetaplah di sisiku sentuh aku dengan rindu mu biar cinta tak kasat mata tapi akupercaya cinta mu itu nyata
pernah menjadi yang terindah seperti rintik dan embun saat pagi bergulir di balik ranting dan cermin sedang kau ada di sebelah waktu menjadi pemeran utama memaminkan kita sebagai mesin tak berdaya, tak mampu bertanya tanya kita menjadi malam dan peri saling melengkapi pernah ada, selalu ada tidak
aku sangat suka sejarah, sejarah seperti mengingat masa lalu, seperti membawa hari kemarin ke hari ini meski itu tidak mungkin. sejarah tidak hanya tentang cinta sepasang manusai seperti aku dan kamu, tapi sejarah itu juga tentang duka yang terobati ... lalu sembuh, lalu kambuh, lalu sembuh dan b...
memulai hal yang baik seperti mengkir di atas batu dengan kuku, rasanya sakit dan berat. selalu berpikir tentang apa yang didapat, hingga termanjakan suasana, terlena dalam pelukan waktu yang membuatku lupa akan tua. denting musim beriring menjadi daun yang gugur, gemeiricik dinding berbunyi suny...
turun dari singgana awan aku menunggu mu di atas sepeda ku coba kayu dengan tangan apalah daya kaki ku tak mau mata ku tertuju pada ujung kelopakmu seperti ujun daun di peluk embun sinar mu dalam mata masih sama hingga kita benar terpaksa tanpa sapa hati ku terbang menjadi merpati membelai gedung
entah ini yang ke berapa aku hanya menulis tentang ku saja aku lupa tentang mu itu pura pura udara di kamar ku seperti melati di pagar wanginya tumbuh di sela sela belukar aku peluk kenyataan tanpa perayaan hidup lah hidupmu sakit mu bukan mau ku mau ku hidupmu menjadi hidup
waktu berhenti selamanya menutup lembar dalam pustaka asa aku yang datang aku yang pergi maaf jika ku menyakiti ini bukan suratan hanya kesalahan salah ku bukan salahmu musim berjalan begitu sepi dan sendu hingga akhirnya kita berdansa dalam rindu surat mu masih kusimpan dalam kotak kalbu sebelah
sesekali aku mencuri waktu mencari mu dalam kenang antara ada dan hilang aku masih menemukanmu tidak ada obat kecuali menerima tidak berat hanya kecewa aku tak boleh bertanya mengapa sedang aku tak bisa pura pura pada rindu yang lalu lalu mu itu masih di kalbu bak lentera senja selalu ada di teng
ijin kan aku pulang waktu yang sudah terkumpul dulu takkan hilang terpatri menjadi kenang yang akan selalu terang ijinkan aku pulang pada rumah yang menunggu ku pada kursi dan meja yang bernama sama dengan ku ijin kan aku bawa semua
pada kata yang mana akan ku tulis waktu seperti biasa selalu memasangkan antara duka dan suka tak lagi beda antara suka dan duka seperti biasa, waktu akan tertawa membawa harta lalu meninggalkan aku sendiri tanpa siapa siapa seperti dulu semua hanya melihat raga lupa dari mana dia ada kata mana ya
seperti bukan dunia yang biasa menyadari zat yang tiada mencari cari yang tiada seperti biasa asa mendapat puji dan puja serta emas permata bak permaisuri raja sedang aku manusia jelata
ada rindu yang belum selesai selalu lahir usai jarak hadir mengurung waktu menjadi komedi bertarung melawan angan, seraya berdoa penuh segera rindu itu pun kian deras menajdi rintih di tiap pagi menjalar pada setiap pohon perasaan mengakar pada mata hati ada rindu yang tak selesai ajal menjadi pe
jika takdirku sepeti malam maka biarkanlah hujan menjadi teman menjadi lagu pengantar tidurku menjadi sendu rindu
sejenak mengenang mu menulis mu menjadi lagu menembus malam malam yang padam tetidur dalam sepi d ujung waktu kabar mu akan selalu ada begitu juga aku